Sejarah Dunia (Pemadam Kebakaran Zaman Romawi)
Pemadam Kebakaran Dibentuk Pada Zaman Romawi
Pada hakekatnya manusia sangat membutuhkan api dalam
kehidupan sehari-hari. Kebutuhan terhadap api itu tak bisa dihindari,
karena manusia memerlukan penerangan ketika datang kegelapan malam. Begitu
juga api diperlukan manusia sebagai alat untuk menghangatkan badan dari
cuaca dingin, dan alat perlindungan dari binatang buas. Dan tentunya
manusia menghadapi masalah sebelum mampu menciptakan api. Seolah-olah unsur
panas yang dilihat dan dirasakan manusia pada waktu itu sebagai
akibat letusan gunung berapi atau sambaran petir. Keadaan ini
mendorong manusia untuk berpikir agar dapat mengontrol api, sehingga api
dapat bermanfaat bagi kehidupannya.
Dalam perkembangan selanjutnya, penggunaan api di masa itu
memberi pengaruh dalam mengakhiri masa nomaden. Hal ini juga berdampak
terhadap perkembangan sosial dan politik seiring dengan perkembangnya
pemukiman penduduk yang menetap. Akan tetapi, api yang sudah diketahui
dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia, tetap dipandang sebagai elemen
suci dan hebat. Banyak mitologi yang menganalogikan api menjadi sifat atau
karakter manusia.
Ketika manusia merasakan pengalaman bahwa api juga bersifat sangat merusak,
sejak itu manusia terdorong untuk mengetahui cara mengontrol keganasan api.
Ini terjadi kira-kira 300 tahun sebelum masehi (SM) di Roma. Ketika itu
petugas pemadam kebakaran dan penjaga malam dibentuk dan ditugaskan
kepada sekelompok orang yang diberi nama Familia Publica dan operasional
dari kelompok ini diawasi oleh komite negara.
Dalam buku yang berjudul Principles of Protection karya
Arthur Cote, P.E dan Percy Bugbee dijelaskan, di zaman pemerintahan kaisar
Agustus (Gaius Julius Caesar Octavianus) pada 27 SM sampai 12 Masehi, Roma
mengembangkan “departemen kebakaran” untuk tipe penghunian. Dan departemen
ini mengorganisir para budak dan warga negara dalam wadah yang
bernama Satuan Jaga (pelayanan penjagaan). Selanjutnya, dikeluarkan dekrit
yang menyatakan seluruh rakyat wajib menjaga dan mengontrol api.
Adapun satuan jaga tersebut merupakan organisasi
(pemadam kebakaran) yang pertama. Dibentuknya satuan ini bertujuan untuk
melindungi manusia terhadap bahaya kebakaran. Tugas utama mereka adalah
melakukan patroli dan pengawasan pada malam hari (dilakukan oleh
Nocturnes). Dalam perkembangan selanjutnya, setiap anggota pasukan
mempunyai tugas khusus bila terjadi kebakaran. Contohnya, beberapa anggota
(aquarii) membawa air dalam ember ke lokasi kebakaran. Kemudian, dibangun
pipa air (aquaducts) untuk membawa air ke seluruh kota, dan pompa tangan
dikembangkan guna membantu penyemprotan air ke api. Siponarii adalah
sebutan bagi pengawas pompa, dan komandan pemadam kebakaran dinamakan
Praefectus Vigilum yang memikul seluruh tanggung jawab Satuan Siaga.
Sedangkan hukum Romawi mengutus Quarstionarius (sekarang sama dengan Polisi
Kebakaran), yang bertugas mengklarifikasi sebab-sebab terjadinya
kebakaran. Pemerintah Kerajaan Romawi pada masa itu mulai menentukan kebijakan
me-ngenai penggunaan selang kulit bagi kepentingan pemadaman kebakaran.
Petugasnya juga membawa bantal besar ke lokasi kebakaran, sehingga orang
yang terjebak di gedung tinggi dapat meloncat dan mendarat di atas bantal
tersebut.
Marco Polo mencatat tentang tata negara belahan timur pada abad 13, yakni
pasukan rakyat dari “pasu-kan pengawas” dan “pasukan kebakaran” yang
mempunyai tugas pencegahan kebakaran telah terbentuk di Hangchow. Mereka
dalam melaksanakan tugasnya dapat mengerahkan satu sampai dua ribu orang
untuk memadamkan api. Ribuan pasukan itu dibagi menjadi kelompok yang
terdiri dari 10 orang, 5 orang berjaga pada siang, dan selebihnya berjaga
pada malam hari.
Peraturan Tentang Proteksi Kebakaran
Ketika kerjaan Romawi jatuh, sangat sedikit dan hampir tidak ada usaha
untuk membentuk organisasi yang melindungi dan mengontrol kebakaran. Hal
ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Ketika itu hanya ada peraturan
tentang proteksi kebakaran yang bernama “Curfew” (bahasa Perancis:
mengatasi kebakaran) yang mengharuskan rakyat memadamkan api pada jam
tertentu di malam hari. Selain Curfew, peraturan hampir serupa dibuat di
Oxford Inggris pada tahun 872.
Pada tahun 1189, Wali Kota pertama Inggris membuat peraturan
yang mengharuskan bangunan baru berdinding dan atap batu atau ubin.
Sedangkan penggunaan atap rumah dari ilalang yang sudah cukup tua usianya
dilarang. Kemudian, pada tahun 1566, di Manchester dibuat peraturan tentang
penyimpanan tentang penyimpanan bahan bakar yang aman untuk oven roti. Dan
peraturan ini merupakan Undang-undang per-tama yang dibuat dalam rangka
pencegahan kebakaran, yang tidak berhubungan langsung dengan struktur
bangunan. Adapun Undang-undang negara yang pertama kali dibuat adalah
Undang-undang Parlemen Inggris (1583), yang menyangkut ketentuan larangan
pembuatan lilin dengan cara mencairkan lemak di dalam bangunan perumahan.
Pada tahun 1647, pembuatan cerobong asap yang terbuat dari kayu
dilarang.
Pada tahun 1666 di London ter-jadi kebakaran. Atas peristiwa
ini dibentuk peraturan tentang bangunan yang komplit. Namun sampai tahun
1774 belum juga terbentuk komisi yang bertugas menegakkan peratu-ran. Bisa
dibayangkan, betapa “mandul” nya peraturan maupun Undang-undang tentang
pencegahan kebakaran yang telah dibuat selama kurun waktu lebih satu
abad ketika itu. Sampai tahun 1824 komisi yang dimaksud di atas belum juga
terbentuk. Pada tahun itu di Edinburgh, Skotlandia, dibentuk pasukan
keba-karan. Tugas pasukan ini mengembangkan peraturan mengenai
proteksi kebakaran, dan standar operasi yang lebih maju. Yang ditunjuk
sebagai komandan pasukan kebakaran di Edinburgh adalah peneliti yang
bernama James Braidwood. Ia penulis buku pegangan (handbook) ten-tang
operasi Departemen Kebakaran. Buku pegangan karyanya itu lebih maju dibanding
teori sebelumnya yang dibuat oleh James pada 1830. Buku ini berisikan 396
standar dan gambaran tentang pelayanan terbaik yang harus dilakukan
Departemen Kebakaran.
Pengawas Kebakaran
Pengawas kebakaran malam hari dibentuk di kota besar Amerika pada zaman
kolonial. Pada tahun 1654 di Boston, seorang “bellman” ditugaskan bekerja
dari pukul 10 malam hing-ga pukul 5 pagi. Tiga tahun kemudian, terjadi
pembaharuan di New York. Sipir kebakaran dibantu delapan orang sukarelawan,
pengawas kebakaran bertugas malam hari. Sukarelawan ini disebut
sebagai “pe-ngawas berderak”, karena setiap jaga mereka selalu membunyikan
alarm yang bunyinya berderak-derak. Pengawas kebakaran malam, merupakan
lembaga masyarakat sebelum terbentuknya kesatuan polisi warga yang dibentuk
di New York pada tahun 1687. Lembaga ini pertama kali dibentuk mengingat
besarnya kerugian harta benda yang diasuransikan, dan dipandang sangat
penting. Lembaga masyarakat ini mempunyai tugas penting, yaitu melakukan
patroli guna membantu lembaga asuransi yang baru terbentuk agar dapat
diterima masyarakat.
Pada tahun 1631, di Boston terjadi bencana kebakaran.
Setelah peristiwa itu, untuk pertama kalinya di Amerika dibentuk
Undang-undang Kebakaran. Isinya mencakup larangan penggunaan ilalang untuk
atap rumah, penggunaan cerobong asap dari kayu. Dan ketentuan tersebut
dijalankan oleh pemerintahan Boston yang terpilih. Padan tahun 1647
Amsterdam Baru (sekarang kota New York) menunjuk para tenaga survei
bangunan untuk mengontrol bahaya kebakaran yang melanda bangunan. Beberapa
tahun kemudian, tenaga survei itu dinamakan pengawas kebakaran hunian lima,
yang mempunyai tanggung jawab pencegahan kebakaran umum. Kronologis
tersebut dipandang sebagai cikal bakal lahirnya Departemen Kebakaran di
Amerika Utara.
Pada tanggal 14 Januari 1653, pemerintah Boston memberikan
perintah untuk membeli mobil pompa. Dalam hal ini, tidak ada catatan dari
mana asal mobil pompa dan kapan diadakan perawatan. Pada saat itu,
Undang-undang tambahan tentang proteksi kebakaran juga dibentuk. Undang-undang
pada tahun 1653 ini mengharuskan seluruh rumah menyimpan kain pel
sepanjang 12 kaki. Ini digunakan bagi keperluan memadamkan kebakaran
atap, dan setiap bangunan rumah harus memiliki tangga yang mampu menjangkau
tepi atap. Pada saat yang sama, kota juga menyediakan tangga, kaitan, dan
rantai guna merobohkan rumah di luar jalur penyebaran api. Senapan
serbuk kadang dipakai dalam operasi ini. Dan rumah yang dirobohkan demi
kepentingan mencegah kebakaran tidak menjalar, pemiliknya tidak menerima
ganti rugi. Ketentuan ini memang sudah didekritkan.
|